Sabtu, Januari 23, 2010

Mengenangmu

Denganmu aku belajar menghargai
Denganmu aku belajar berbagi
Denganmu aku belajar menanti

Denganmu aku belajar mengontrol keegoisanku
Denganmu aku belajar memperlambat langkahku
Denganmu aku belajar memperhatikan sekitarku

Sejak pertama melihatmu, aku tahu kau akan menjadi orang yang spesial bagiku
Dan kau memang spesial
Sampai kini, dan sampai kapanpun
Kenangan bersamamu akan selalu tersimpan di sudut hatiku

Dengarlah, aku tidak pernah menyesal mengenalmu
Aku bangga pernah menjadi perempuan pertama yang mampu menaklukkan hatimu
Aku bangga pernah ada di sampingmu saat kau membutuhkan dorongan
Aku bangga pernah berbagi segalanya denganmu

Kau yang pertama, meski tak mungkin jadi yang terakhir
Sejak pertama melangkahkan kaki, jalan yang akan kita tempuh memang terjal dan berliku
Dan semakin lama mengenalmu, aku tahu aku akan semakin mencintaimu
Namun semakin lama mengenalmu, aku tahu kita tidak akan mungkin bersatu

Aku tak akan sanggup melepaskanmu setahun, dua tahun, atau sepuluh tahun lagi
Maka demi kebaikan kita berdua, sekaranglah saat yang tepat untuk melepaskanmu

Meskipun sangat sakit, inilah jalan yang terbaik
Karena obat memang seringkali terasa pahit

Aku tidak kalah oleh perbedaan, tetapi mengalah demi perbedaan

Senin, Januari 18, 2010

Muslim Tionghoa di Indonesia

Ternyata ada sejarahnya mengapa orang Tionghoa di Indonesia banyak yang memeluk agama Kristen/Katolik. Pada mulanya agama orang Tionghoa yang migrasi ke Indonesia adalah Tao/Konghucu/Budha. Nah, di Indonesia, penjajah Belanda membagi penduduk saat itu dalam 3 kelas; yaitu orang Eropa sebagai kelas tertinggi, orang Tionghoa/Timur Jauh sebagai kelas kedua, dan orang pribumi sebagai kelas terendah. Seseorang yang mengikuti ritual/budaya suatu kelas atau golongan, dianggap masuk golongan tersebut. Pada masa itu orang pribumi mayoritas adalah muslim, sedangkan orang Eropa agamanya Kristen/Katolik. Kaum Tionghoa yang hijrah memeluk agama Kristen/Katolik dianggap "naik kelas", sedangkan yang menjadi muallaf dianggap "turun kelas", begitulah kisahnya.

*Akhirnya terjadilah kesenjangan antara orang pribumi dan Tionghoa...semua ini gara2 penjajah Belanda!!!* (pendapat saya pribadi)

Sumber: muslimtionghoa.com

Pencerahan

Manusia memang tidak bisa hidup tanpa Tuhan. Ketika sudah lama kamu tidak berinteraksi denganNya, jiwamu pastilah akan merasakan kehampaan dan keraguan. Dan ketika kamu sudah bertemu kembali denganNya, barulah kamu mendapatkan ketenangan dan keteguhan.

Ya Allah bimbinglah aku agar tetap di jalanMu. Bantulah aku mengenyahkan hal-hal yang membuatku ragu padaMu.

SHOLAT ITU HUBUNGAN HAMBA DENGAN KHALIQNYA

Pentingnya sholat
Bagi setiap umat Islam, amalan yang akan ditanya dan diperiksa selepas dia mati adalah ibadah sholatnya sebelum amalan lain ditanya. Ramai di kalangan orang Islam yang sudah meninggalkan ibadah sholat. Meskipun yang tetap mengerjakan ibadah asas ini pun hanya mampu menjaga syarat, rukun, sah dan batalnya saja. Ruh ibadah yang agung itu, tidak mampu difahami oleh kebanyakan orang karena ianya jarang diajarkan baik di sekolah, maupun disurau ataupun dimesjid. Maka jadilah sholat sebagai satu amalan kebiasaan yang diwarisi oleh turun temurun.

Yang akan ditanyakan oleh Allah berkaitan sholat itu selain syarat, rukun, sah dan batalnya adalah juga soal khusyuk dan penghayatannya. Apakah didirikan secara berjemaah sebagaimana dituntut, adakah didirikan tepat di atas waktunya dan adakah sholat itu terhubung dengan hidup kita keseharian. Jika persoalan sholat ini tidak selesai maka amalan lain tidak ada nilainya disisi Tuhan. Meskipun orang kaya yang pemurah, orang pandai yang tawaduk dan tidak berbangga, orang miskin yang sabar, pemimpin yang adil dengan rakyat dsb maka semua itu tidak ada nilai di sisi Allah bila sholat diabaikan, tak sempurna apalagi ditinggalkan. Maka sempurnakan sholat segala aspeknya baik lahir dan batin.

Ini menunjukkan bahwa sholat itu sangat penting dan paling utama diambil berat oleh setiap orang. Sholat menghubungkan manusia dengan Allah, Penciptanya. Buah dari sholat yang dihayati, akan memberi manfaat yang besar kepada hubungan sesama manusia pula. Karena kebaikan seseorang hamba itu bermula daripada membaikkan sholat. Dari sholat-lah titik tolak segala-galanya. Apabila sholat itu sempurna lahir batinnya maka Allah berjanji akan bersihkan jiwanya, beri hidayah hingga kelihatan dalam peribadinya sifat mahmudah (seperti pemaaf, kasih sayang, sabar dll), syariat sangat dijaga.

Jika sholat sudah diabaikan atau tak ada penghayatan maka seluruh pintu kebaikan tertutup. Bila ada juga orang buat kebaikan tanpa sholat. Ini adalah kebaikan bukan bertunjangkan iman. Boleh jadi kebaikan itu secara kebetulan atau ikut-ikutan. Harap diambil perhatian tentang sholat.

Sholat adalah anugerah Tuhan yang amat berharga kepada hamba-hambaNya. Allah memberi sesuatu yang paling agung yang sangat menguntungkan manusia. Orang yang mendapatkan sholat adalah sesuatu yang berharga di dunia dan akhirat.

Perasaan yang Patut Timbul Ketika Sholat

Perasaan yang mesti ada ketika sholat seperti takut, rasa bimbang, rasa malu, rasa gemetar, rasa hina diri, rasa lemah, meminta, mengharap, mensucikan Allah, membesarkanNya, merindui, bermanjaan, rasa dilihat, rasa didengar, rasa dikuasai, rasa kekuasaanNya, rasa ketuhanan memenuhi lubuk hati kita.

Dengan cara itu akan suburlah jiwa tauhid kita. Sekaligus dapat menghidupkan jiwa kehambaan di dalam jiwa kita dan dengan itu ruang – ruang yang melalaikan tertutup habis. Maka dengan demikian sholat itu semakin lama makin memberi kesan kepada ikiran, jiwa dan sikap perilaku kita.

Uraian maksud dari setiap bacaan dan gerakan sholat secara singkat :

AZAN
Bermula dengan azan, Allah memanggil dengan satu gaya tarikan yang sungguh membujuk dan intelektual. Kita menjawab dengan pangggilan iqamat. Satu ungkapan yang merespon panggilan serta penuh rasa kehambaan. Maka berdirilah tegaklah manusia bersaf-saf untuk menghadap dan menyembah Tuhannya.


AL FATEHAH
Merupakan ibu Al-Quran ( surah Al-Fatehah). Suatu pujaan dan pujian yang sungguh hebat kepada Allah. Tiada skrip sehebat itu dapat dibuat oleh manusia melainkan dikala menghadap Allah yang agung itu. Ungkapan itu pun bukan kita yang mampu merekaciptakan melainkan Allah-lah yang mengajarkan. Kita hanya membaca saja. Melalui surah ini, Tuhan ajarkan kita untuk meminta jalan selamat. Yakni jalan para rasul dan nabi-nabi.

RUKUK
Untuk tunduk mensucikan Allah agar jangan ada dalam fikiran kita sesuatu yang lebih agung dari Zat Allah.

I’TIDAL
I’ TIDAL juga simbolik, untuk mengingatkan bahwa Allah mendengar segala puja-puji yang dibuat kepadaNya

SUJUD
Sujud lebih-lebih lagi simbolik. Sujud dilakukan untuk seseorang menyembahkan sepenuh pengakuan bahwa dalam hidupnya tidak akan sama sekali menduakan Allah karena hanya Allah yang Maha Tinggi dan Maha Suci dari adanya ketinggian-ketinggian lain.Lalu pada Allah kita menyerahkan diri..

DUDUK ANTARA DUA SUJUD
Mengadulah kita akan segala keperluan untuk Allah kabulkan. Artinya program sholat memberitahu kita bahwa hanya Allah saja yang layak disembah dan hanya Dia yang layak untuk kita minta tolong. Sholat membersihkan kita dari penyakit lemah jiwa, dari mengabdikan diri dan mengadukan nasib kepada selain Allah, di mana apa saja selain Allah itu sama-sama lemah, sama-sama benda ciptaan.
Sedangkan Allah itu kuasa mutlak tanpa kurang apa dan tiada cacat cela. Beruntunglah orang yang mendapatkan Allah sebagai tempat bergantung dan meminta tolong. Sholat benar-benar melatih manusia untuk dapatkan rasa –rasa tersebut sekaligus membebaskan jiwa manusia dari merasa lemah dan takut.

TAHIYAT
Adalah program penutup. Allah membuat kesimpulan denganNya. Bahwa hubungan dua arah sangat penting. Bukan Allah saja yang sibuk menguruskan segala keperluan manusia, tapi manusia juga harus sibuk dengan Allah.
Yakin dengan suatu sumpah bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Nabi Muhammad pesuruh Allah. Selain itu Allah hubungkan juga kita dengan keluarga Nabi Muhammad dan keluarganya serta nabi Ibrahim dan keluarganya untuk silaturahim dan keberkatan. Bahkan akhir sekali sholat menghubungkan kita dengan segala sesuatu yang berada di belahan kanan dunia & belahan kiri dunia untuk dijanjikan kesejahteraan bagi mereka. Cukup hebat dan agung program ini kalau kita fahami dan hayati.

Orang yang paling berjaya dalam sholat adalah Rasulullah. Bagi Rasulullah SAW, sholat adalah satu hiburan dan kebahagian hidupnya. Oleh karena itu SAW dapat melakukan sholat dengan penuh kelezatan maka segala cobaan hidup yang dialaminya dapat dihadapi dengan tenang, dengan jiwa yang terbuka dan lapang. Padahal kita sangat merasa sedih dan pilu bila mendengar ujian-ujian yang dialami Rasulullah SAW. Namun ujian lahiriah bagi baginda tidak mampu menembus dan mengoyak jiwa Rasulullah yang sudah tenang itu.

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyu dalam sholatnya, dan orang-orang yang memelihara sholatnya, mereka itulah yang akan mewarisi syurga Firdaus, mereka kekal didalamnya”
(QS: Al Mukminun:1,2,9,10,11)

Begitulah sholat sesungguhnya adalah seagung-agung perbuatan oleh seorang manusia. Di mana sholat sebenarnya mampu menghubungkan diri manusia dengan Allah. Kalau benar-benarlah sholat terhubung seorang hamba dengan Tuhannya, hamba itu akan menjadi peribadi agung yakni dia akan menjadi peribadi yang bertaqwa. Hingga melahirkan individu-individu yang bertaqwa dan gabungan dari individu-individu tersebut menjadikan bangsa yang bertaqwa.

Sumber: Abuya At Tamimi

Dikutip dari:http://www.muslimtionghoa.com/index.php?action=generic_content.main&id_gc=60


KEAGUNGAN SHOLAT

Di dalam Islam sholat adalah amalan yang paling besar dan agung selepas iman. Tiada amalan yang lebih besar dan agung selepas iman yang dapat menandingi sholat. Karena itulah di dalam Islam, sholat adalah menjadi tiang agama Islam. Tapaknya atau pondasinya adalah iman.

Maksudnya : ”Pangkal segala hal ialah Islam. Sedangkan tiangnya adalah sholat dan puncaknya adalah berjuang di jalan Allah” (Riwayat Tarmizi)

Bagi Rasul saw dan para sahabat, mereka telah dianugerahkan rasa indah, agung dan lezatnya sholat. Bagi kita yang belum merasakannya, dapat mengusahakannya dengan melihat kebesaran sholat dengan teropong ilmu atau secara ilmiah.

Kebesaran dan keagungan sholat itu dapat dilihat dan dirasakan melalui ilmu pengetahuan berdasarkan 24 aspek seperti di bawah ini:

A. Keagungan berkait dengan pernyataan Allah dan Rasul serta amaran Allah
1)
Ia merupakan ibu segala ibadah di dalam Islam. Rasul SAW bersabda:
Amalan yang pertama dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat ialah sholat. Jika sholatnya baik, maka baiklah seluruh amalnya, sebaliknya jika sholatnya jelek, maka jeleklah seluruh amalnya” (HR Tabrani)

2) Ia merupakan tiang seri agama Islam
” Shalat itu merupakan tiang agama maka barang siiapa mendirikan sholat berarti mendirikan agama dan barang siapa meninggalkan sholat berarti dia sudah meruntuhkan agama”

3) Siapa yang meninggalkan sholat menjadi kafir berdasarkan hadist
Batas seseorang dengan kekafiran ialah meninggalkan sholat.”
(HR Ahmad, Muslim, Abu Daud, Tirmizi & Ibnu Majah)

B. Keagungan berdasarkan cara pemberian kepada Rasul saw
1) Ia diperintahkan oleh Allah dengan cara Allah memanggil Rasulullah menghadapNya waktu Isra dan Mi’ raj tidak seperti amalan lain yang diwahyukan oleh Allah kepada Rasulullah melalui malaikat Jibril as.

C. Keagungan berkait dengan cara pelaksanaan sholat

1) Ia merupakan ibadah yang terkait dengan disiplin yang tertentu.

2) Mengerjakannya diisyaratkan suci lahir dan batin dari hadast besar dan hadast kecil, najis ain dan najis hukmi.

3) Mesti menghadap kiblat, artinya sholat merupakan lambang perpaduan umat Islam.

4) Pelaksanaannya terikat dengan waktu

”Sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya ke atas orang –orang yang beriman” (QS:An Nisaa: 103)

5) Dalam sholat seluruh anggota terlibat, perbuatan (fizikal), perkataan/bacaan(lisan) dan hati/roh dan aqal untuk memahami sholat.

6) Ia merupakan peribadahan semua anggota lahir dan batin terlibat. Ada yang bersifat fisik dan ada yang bersifat maknawi dan rohani.

7) Pada sholat ada latihan jasmani dan ada latihan mental dan ada latihan rohani.

8) Diutamakan berjemaah dalam melaksanakannya
Rasulullah SAW bersabda:

”Sholat berjamaah itu lebih utama daripada sholat sendirian, dengan dua puluh tujuh derajat.”

9) Berbagai amalan malaikat ada di dalam sholat karena malaikat itu ibadahnya hanya satu perkara saja. Seperti ada malaikat yang hanya bertasbih saja sejak diperintahkan hinggalan hari kiamat, ada malaikat yang bertakbir saja, ada yang bertahmid saja, ada yang ruku’ saja, yang berdiri saja, ada yang sujud saja, begitulah seterusnya.

10) Berbagai bentuk zikir ada di dalam sholat, ada berdiri, ada ruku’, ada sujud, ada duduk antara dua sujud, ada tasbih, ada tahmid, ada takbir,a da munajat,a da berbagai bentuk doa, ada zikit, ada shalawat, ada zikir fizikal, ada aqal, ada rohani, ada material, ada maknawi.


11) Ia merupakan peribadahan atau penyembahan yang paling lengkap karena segala bentuk dan zikir para malaikat wujud dalam sholat.

12) Ia merupakan zikir yang paling besar karena seluruh bentuk zikir ada di dalam sholat.
Sedangkan kedudukan zikir dalam Islam adalah amat penting, ia bisa menjadikan hati seseorang itu mendapat ketenangan seperti mana Allah SWT berfirman yang artinya:
”Ketahuilah olehmu bahwasanya dengan mengingati Allah itu akan memberi ketenangan kepada hati” (QS:Ar-Raad:28)

”Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah Sholat untuk mengingat aku.”
(QS: Thaha:14)

13) Di dalam sholat seluruh bentuk do’a ada. Artinya berbagai permintaan ada di dalam sholat.
Ada do’a minta petunjuk dan taufik, do’a minta ampun, do’a minta ditinggikan derajat dan lain-lain. Oleh karena itu ketika berdo’a dalam sholat, waktu itu cukup nyata permohonan kita seperti kita ingin mempunyai sifat taqwa. Maka kita akan dapat kekuatan di dalam hidup kita karena do’a ini, karena Rasulullah SAW pernah bersabda:
”Doa adalah sejata orang mukmin”

”Doa antara adzan dan iqomat adalah doa yang tidak tertolak”

14) Berbagai amalan para rasul wujud di dalam sholat.


D. Keagungan tersirat

1. Amalan sholat itu adalah intipati dan intisari ajaran Islam. Di dalamnya ada aqidah, ada ibadah, ada thaharah, ada masyarakat, ada perpaduan, ada disiplin, ada pemimpin, ada yang dipimpin (politik), ada pendidikan, ada syari’at, ada tasawuf, ada akhlak, ada kebudayaan, ada ekonomi, ada psikologi artinya sholat menggambarkan keseluruhan ajaran Islam secara ijmali.

2. Sholat merupakan Mi’raj orang mukmin.
Sabda Rasul SAW:
Sholat adalah mi’rajnya seorang mukmin” (Al Hadis)

3. Sholat merupakan adanya simbol merendahkan diri, ketaatan dan kepatuhan dan simbol berdirinya manusia di padang Mahsyar seolah-olah berhadapan dengan Allah, menunggu perintahNya.

4. Sholat merupakan pembaharuan ikrar manusia kepada Allah, sehari semalam kita perbaharui sebanyak lima kali.
Yaitu janji manusia pada Allah yang dilakukan pada dua tahap yaitu sewaktu di alam Ruh dan janji sewaktu di dunia/dalam sholat

Pada peringkat pertama janji telah kita lakukan dari sejak alam ruh dulu yang telah kita lupakan, diwaktu Allah SWT telah menawarkan suatu jabatan penting kepada makhlukNya yakni untuk mengatur atau menjadi wakil-Nya, menyusun dan mengatur makhluk yang telah diciptakan di alam dunia ini berdasarkan kepada aturan-aturan dan perundang-undangan yang telah direkamkan dalam Al-Ouran dan Sunnah Rasul. Jabatan ini dikenal sebagai jabatan khalifah atau wakil Allah di muka bumi. Jabatan ini ditawarkan oleh Allah kepada makhluk-makhluk yang sesuai menurut kehendak Allah.

Pada mulanya jabatan ini ditawarkan kepada makhluknya yang bernama langit dan bumi, tetapi langit dan bumi yang begitu gagah dan besar tidak sanggup memikul beban tugas yang amat besar dan mulia ini. Ini tidak berarti bumi dan langit tidak berkeinginan, tetapi mereka benar-benar merasa takut, takut kalau-kalau mendurhakai Allah SWT, bila keduanya tidak dapat melaksanakan tugas suci yang diamanahkan oleh Allah SWT ini. Oleh karena itu langit dan bumi mengaku kalah, namun begitu Allah yang Maha Penyayang tidak murka kepada mereka sebab tugas itu merupakan satu penawaran saja dan bukan paksaan. Begitu juga ketika tugas ini ditawarkan kepada bumi dan gunung mereka juga mengaku kalah, akhirnya Allah SWT menawarkannya kepada manusia yang kerdil lagi lemah. Dan manusia yang kerdil lagi lemah ini telah memberi kesanggupan untuk menerima tugas besar dan mulia ini, yang berarti manusia telah bersedia untuk menderma dan sanggup melaksanakan peraturan-peraturan dan tata hidup yang telah diatur oleh Allah melalui Al-Quran dan Sunnah. Kesungguhan manusia untuk memikul tugas dan tanggung jawab ini bukan semata-mata karena tinggi atau beratnya tuga tersebut tetapi karena tertarik janji Allah maka mereka akan diberi kebenaran atau tauliah untuk menggunakan, mengatur dan mengawal bumi dan lautan dan segala khazanah yang terkandung di dalamnya,

Atas kesediaan atau janji setia inilah Allah Yang Maha Penyayang dan Maha Pemurah telah melahirkan kita ke dunia ini melalui rahim ibu kita. Malang sekali insan telah berjanji banyak yang tidak dapat mempertahankan janjinya. Hal ini jelas dalam firman Allah SWT:
”Sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang bersyukur”

Dengan lain kata perkataan insan-insan yang sudah melahirkan ketaatan dan janjinya di alam roh sangat sedikit sekali. Oleh karena itulah sholat mengandung hikmah yang sangat besar yang merupakan pembaharuan kembali sumpah setia yang telah kita ikrarkan di alam roh.

Kalau kita teliti satu saja dari ayat-ayat yang termaktub salam sholat sudah mencukupi bagi kita menentukan apakah yang kita ulang-ulang dalam sholat. Ayat ini terkandung dalam doa iftitah yang artinya:

” Sesungguhanya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku semuanya untuk Allah seru sekalian alam.”

5. Sholat merupakan pembaharuan syahadat dan iman kepada Allah

Dalam sholat juga terkandung rukun iman yang enam,

o Rukun iman yang pertama menuntut kita supaya beriman kepada Allah, diawal pembukaan sholat kita sudah meletakkan kepercayaan kita kepada keagungan dan kebesaran Allah SWT. Takbiratul ikhram merupakan rukun awal di dalam sholat, perbuatan melafazkan Allahu Akbar adalah merupakan satu pengakuan akan kewujudan Allah serta keagungan dan kebesaran sifat-Nya.

o Rukun iman yang kedua ialah meyakinkan adanya malaikat. Jika kita sudah buka sholat dengan mengaku bahwa Allah adalah tuhan kita, otomatis kita akui semua yang Allah firmankan di antaranya Allah ciptakan para malaikat untuk menjalankan pentadbiran Allah. Di antaranya ada juru catat malaikat Raqib dan Atid. Ini tentulah menginsafkan kita bahwa kita senantiasa diawasi oleh kaki tangan pengaturan Allah yang tidak pernah mengenal istirahat dan cuti.

o Rukun iman yang seterusnya adalah percaya kepada rasul-rasul dan berhubung dengan hal ini secara terang menyatakan dalam sholat mengaku kerasulan Rasulullah SAW yang sekaligus kita meyakini semua yang disabdakannya, yang antara lain baginda pernah bersabda:

”Selain daripadaku terdapat banyak lagi rasul yang diturunkan oleh Allah SWT”

o Rukun iman yang keempat adalah percaya kepada kitab Allah. Dalam sholat Allah mewajibkan untuk membaca surat Al-Fatihah yang dikenal dengan nama ”Ummul Kitab” yang isinya supaya umat muslimin percaya akan hari kiamat dan kedahsyatannya.

o Kepercayaan terhadap untung baik dan buruk itu datang dari Allah SWT merupakan rukun iman yang terakhir. Ringkasnya kita yakin dan percaya bahwa yang menghitam putihkan nasib kita ialah Allah bukan syaitan, jin, tunggul, gunung atau kubur, sebab itu Allah mengajar manusia baik di waktu luar ataupun waktu dalam sholat yang artinya:

”Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan”


6. Sholat merupakan pembersihan jiwa dan dosa
”Sholat lima waktu, jum’at ke jum’at, Ramadhan ke Ramadhan, menutupi dosa-dosa yang dilakukan di antara ( waktu-waktu tersebut) asal di jauhi dosa-dosa besar.” (HR Muslim)

”Maukah kamu aku tunjukkan sesuatu yang dengannya Allah menghapus dosa-dosa dan meninggikan derajat” menyempurnakan wudhu pada bagian yang kurang disukai, banyak melangkah ke mesjid dan menunggu waktu sholat fardhu. Itulah cara menguasai diri yang baik.” (HR Muslim)

Itulah diantara perkara yang dengannya kita dapat melihat betapa agungnya sholat. Itu baru dilihat dari sudut ilmu pengetahuan atau baru dilihat secara ilmiah saja. Bagi orang-orang yang telah dirizkikan sholat yang khusyu maka masih banyak lagilah yang ia dapat sebutkan tentang hal berkait dengan keagungan sholat. Namun sekedar yang sudah disebut di atas pun sepatutnya sebagai hamba Allah kita akan merasakan betapa Allah Maha baik, yang telah menghadiahkan kepada hambaNya satu ibadah yang begitu agung dan tentunya kita akan sangat berterimakasih dengan pemberian tersebut dimana kesyukuran itu kita wujudkan dalam bentuk kesungguhan kita dalam mendirikan sholat dan tuntutan-tuntutannya.

Sumber : Abuya At - Tamimi
Dikutip dari: http://www.muslimtionghoa.com/index.php?action=generic_content.main&id_gc=61

SHALAT BUKAN SEKEDAR KEWAJIBAN TAPI KEPERLUAN


JALAN MENUJU BAHAGIA


Setiap manusia pasti menginginkan kebahagiaan. Bila kita bertanya pada akal bagaimana untuk mendapatkan kebahagiaan, akal saja tak mampu untuk menjawab. Jika manusia hidup untuk mendapatkan harta, banyak manusia menderita bahkan bunuh diri karena harta. Jika manusia hidup untuk mencari bahagia melalui ilmu, banyak orang yang sesat, gelisah karena ilmunya. Begitu juga pangkat, kedudukan dan kemasyhuran jika dijadikan tujuan hidup, kita sudah melihat contoh-contoh, bagaimana itu semua tak dapat membahagiakan manusia.


Seperti halnya alat-alat yang direka cipta manusia, tentu manusia yang membuatnya yang paling tahu bagaimana alat itu dapat digunakan secara paling optimal. Karena itu sangatlah logik bila manusia, untuk mengetahui bagaimana ia dapat menjadi ’optimal’ dapat kebahagian yang hakiki, maka pada Allah lah ia sepatutnya bertanya.


Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, tidaklah membiarkan manusia yang diciptaNya hidup tanpa panduan.


Di dalam Al Quran Allah berfirman:

Artinya: ”Tidak Aku jadikan jin dan manusia itu melainkan untuk mengabdikan diri (menghambakan diri) kepadaKu”


Dalam ayat ini sebenarnya ada petunjuk dari Allah bahwa bila manusia inginkan kebahagian hendaknya manusia ’menghambakan’ dirinya pada Allah. Yang dimaksud menjadi hamba Allah dalam ayat ini bukan berarti hanya mengerjakan ibadah lahiriah saja atau hanya sekedar tahu diri kita hamba. Tapi Allah menghendaki manusia mempunyai sifat hamba. Hatinya merasa dirinya adalah hamba Allah, yang mempunyai rasa cinta dan takut pada Allah. Bila manusia sudah cinta pada Allah, tentulah ia menjadi manusia yang paling bahagia. Kesenangan atau ujian yang datang semua dia terima dengan hati yang lapang karena faham maksud Allah.


Allah yang maha berkasih sayang itu bukan saja Dia memberi tahu bahwa kunci kebahagian itu adalah menjadi hamba Allah, mempunyai rasa hamba, rasa cinta dan takut Allah, bahkan Allah juga memberi tuntunan jalan untuk mendapatkan rasa-rasa tersebut yaitu dengan cara beribadah kepadaNya. Jadi perintah ibadah bukanlah diberi pada manusia karena Allah memerlukan penyembahan dari manusia. Maha suci Allah dari memerlukan dari yang lain karena yang lain selain dari Allah adalah ciptaannya. Perintah ibadah pada manusia sesungguhnya adalah kasih sayang Allah, itulah jalan petunjuk dariNya agar manusia dapat menjadi manusia yang sebenarnya. Atau dengan kata lain ibadah itu adalah alat untuk akhirnya manusia mendapatkan rasa hamba, rasa cinta dan takut dengan Allah. Ibadah itu bukan sekedar kewajiban tapi ianya sangat diperlukan manusia untuk menempuh jalan menuju kebahagiaan yang hakiki.

FITRAH MANUSIA SUKA MENGHAMBAKAN DIRI


Manusia sifatnya suka menghambakan diri kepada tuannya yang menolong, melindungi dan yang memperhatikan dirinya. Atau dengan kata lain manusia rela mengabdikan diri kepada siapa yang dicintainya. Kalau kecintaannya itu perempuan maka ia akan menjadi hamba pada perempuan itu. Kalau cintanya atau pautannya pada nafsu yakni menurut kata nafsu, jadilah dia seorang hamba nafsu. Tapi aneh, manusia sangat marah kalau dijuluki ’hamba wanita’ atau ’hamba nafsu’. Fitrah seseorang menolak walaupun sikapnya memang betul seperti itu. Mengapa menolak sebutan demikian? Sebab fitrah manusia ingin menjadi hamba Allah. Dan keinginan menjadi hamba kepada selain Allah itu bukan fitrah.


Allah mau manusia menyembahNya dan bukan menyembah pada yang lain. Maka dijadikanlah fitrah manusia itu mempunyai rasa bertuhan dan menghambakan diri padaNya. Tanyakanlah pada orang-orang yang menyembah Allah atau tidak menyembah Allah, adakah dia ingin menyembah Allah dan suka pada orang – orang yang menyembah Allah. Niscaya mereka menjawab memang suka. Kalau mereka tidak melakukannya, itu karena mereka tak mampu melawan nafsu dan syaitan yang menghalangi dan yang melalaikan mereka. Kalaulah bukan karena nafsu dan syaitan, niscaya manusia ini akan senantiasa merindukan dan membesarkan Tuhannya dan sangat taat padaNya.


Perasaan pada fitrah untuk menghambakan diri pada Allah ini telah Allah tanam benihnya sejak manusia lahir ke dunia. Kemudian Rasul diutus untuk membawa perintah membenarkan apa yang ada dalam fitrah manusia, menyuburkan apa yang telah ada. Karena itulah Islam itu indah sebab memberi makanan pada roh, apa yang roh kehendaki. Itu yang dihidangkan daging, tiba-tiba terhidang daging, betapa indahnya. Kita suka ikan, dihidangkan ikan, betapa indahnya. Tapi ketika kita ingin daging dihidangkan lauk yang kita tidak suka, maka jadi tidak indah.


Begitulah sedikit uraian tentang indahnya Islam yang sesuai dengan fitrah manusia. Dan siapa yang tidak ikut cara hidup Islam sebenarnya baik dia sadar ataupun tidak, dia sedang menentang fitrahnya. Walaupun mereka kaya raya, mempunyai jabatan tinggi dan banyak ilmu, tidak akan tenang hidup mereka di dunia apalagi di akhirat. Karena bukan saja dia dengan dirinya sendiri. Pada lahirnya manusia tersebut nampak senang, tenang tapi hatinya hanya Allah saja yang tahu; kosong, gelisah, tersiksa, serba salah dan mudah marah


Oleh karena itu kita harap Allah beri kefahaman kepada kita untuk melihat dan merasa bahwa ibadah, terutama ibadah pokok yaitu sholat, adalah satu hadiah besar dari Allah untuk kita, bukan satu kewajiban yang membebankan atau untuk menyusahkan manusia.

Sumber : Abuya At-Tamimi

dikutip dari: http://www.muslimtionghoa.com/index.php?action=generic_content.main&id_gc=59

ISLAM DAN TOLERANSI ANTAR AGAMA


Perspektif ajaran Islam tentang toleransi antar umat beragama terkait erat dengan doktrin Islam tentang hubungan antara sesama umat manusia dan hubungan Islam dengan agama-agama lain. Perspektif Islam tentang toleransi beragama sebenarnya bukan berangkat dari aspek teologis semata, tetapi juga berpijak pada aspek kemanusiaan itu sendiri, sementara di sisi lain juga tidak mengabaikan pengalaman historis manusia dalam pergaulan hidup, terutama dalam kehidupan beragama.

Seperti agama-agama lain, Islam memang memiliki klaim-klaim ekslusif, terutama menyangkut wilayah keimanan (baca: tauhid). Akan tetapi, disamping klaim-klaim ekslusif, Islam juga memberikan penekanan khusus pada klaim inklusivisme keagamaan, sebagaimana akan kita lihat. Inklusivisme demikian sebenarnya memiliki akar teologis pada adanya satu Tuhan, satu kebenaran, dan satu asal usul manusia. Menurut Islam, manusia berasal dari satu asal yang sama, yakni Adam dan Hawa. Kendati berasal dari nenek moyang yang sama, lalu kemudian manusia menjadi bersuku-suku, berkaum-kaum, dan berbangsa-bangsa, dengan kebudayaan dan peradaban yang berbeda-beda. Perbedaan demikian justru mendorong mereka untuk saling mengenal, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran:

”Hai Manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal.” (QS. Al-Hujurat 49:13)

Dengan demikian, menurut ajaran Islam, meskipun manusia memiliki perbedaan-perbedaan budaya, bahasa, warna kulit, kepercayaan, dan sebagainya, sebenarnya mereka adalah satu umat. Al-Quran menyatakan:

”Sesungguhnya umatmu ini adalah umat yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.” (QS. Al-Anbiya 21:92).

Jadi , perspektif ”kesatuan umat manusia” memiliki akar yang kuat dalam ajaran Al-Quran. Perspektif itu selanjutnya berkembang menjadi ”solidaritas antarmanusia” (ukhuwwah insaniyyah atau ukhuwwah basyariyyah).

Dalam satu rumpun umat manusia, Allah menurunkan satu kebenaran universal melalui Kitab-kitab Suci dan para rasul-Nya. Akan tetapi, ketika kebenaran universal itu diterapkan dalam ruang waktu terbatas, kebenaran itu ditanggapi berbeda oleh manusia dengan pemahamannya sendiri-sendiri, maka terjadilah perbedaan penafsiran, yang kemudian menjadi menajam dengan masuknya berbagai vested interest akibat hawa nafsu. Inilah yang disanyalir oleh Al-Quran:

”Sesungguhnya manusia adalah umat yang satu, kemudian Allah mengutus para nabi yang membawa kabar gembira dan memberi peringatan, dan Dia menurunkan bersama para nabi itu Kitab Suci untuk menjadi pedoman bagi manusia berkenaan dengan hal-hal yang mereka perselisihkan; dan tidaklah berselisih tentang hal itu melainkan mereka yang telah menerima Kitab Suci itu sesudah datang kepada mereka berbagai keterangan, karena persaingan antara mereka.” (QS. Al-Baqarah 2:213).


Memang Allah memberikan petunjuk kebenaran kepada manusia, tetapi Dia juga memberikan kebebasan dan kemerdekaan kepada mereka untuk mempercayai atau mengingkarinya. Namun, segala pilihan itu wajib mengandung resiko tanggung jawab. Al Quran menyatakan:

”Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barangsiapa yang ingin (beriman), hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (beriman), hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir), biarlah ia kafir. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka.” (QS. Al-Kahf 18:29).

Allah tidak memaksakan kehendakNya kepada manusia, karena hasil paksaan hanyalah kepura-puraan dan hal demikian bertentangan dengan fitrah (watak bawaan) manusia. Karena itu, Allah berfirman:

” Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman segala orang yang di muka bumi. Maka apakah kamu (hendak) memaksakan manusia supaya menjadi orang –orang beriman semuanya?” (QS. Yunus 10:99).

Jika Allah sendiri bersikap amat toleran terhadap segenap manusia, maka manusia pun harus bersikap toleran terhadap sesamanya. Dari itu, Islam memandang pemaksaan agama kepada orang lain adalah sikap yang keliru.

”Tidak ada paksaan dalam menganut agama. Sesungguhnya telah jelas antara yang benar dan yang sesat.” (QS. Al-Baqarah 2:256).

Dari itu, tugas rasul hanya menyampaikan seruan:

”Dan katakanlah kepada orang-orang yang diberi kitab dan kepada orang-orang yang ummi. Apakah kamu mau masuk Islam. Jika mereka masuk Islam, maka sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanya menyampaikan. Dan Allah Maha Melihat hamba-hambaNya.” (QS. Al-’Imran 3:20).

Sehubungan dengan itu, Islam tentu saja mewajibkan kepada para pemeluknya untuk menyampaikan pesan-pesan Islam melalui dakwah, sebagaimana dianjurkan Al-Quran:

”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, pelajaran-pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik!” (QS. An-Nahl 16:125).

Akan tetapi, panggilan demikian tidak boleh dilakukan dengan melibatkan pemaksaan.

Disebabkan adanya prinsip-prinsip di atas, maka Al-Quran mengajarkan paham kemajemukan keagamaan (religious plurality). Ajaran ini tidak perlu diartikan sebagai secara langsung pengakuan akan kebenaran semua agama dalam bentuknya yang nyata sehari-hari. Akan tetapi, ajaran kemajemukan keagamaan itu menandaskan pengertian dasar bahwa semua agama diberi kebebasan untuk hidup, dengan resiko yang akan ditanggung oleh para penganut agama itu masing-masing, baik secara pribadi maupun secara kelompok. Sikap ini dapat ditafsirkan sebagai suatu harapan kepada semua agama yang ada, yang pada mulanya menganut prinsip adanya satu kebenaran, untuk saling berdamai dan saling berlapang dada dalam berbagai lapangan kehidupan. Dalam konteks ini, Islam sangat menekankan kepada para penganutnya untuk mengembangkan common platform, yang dalam istilah al-Quran disebut ”kalimatun sawa”, sebagaimana hal itu diisyaratkan ke dalam perintah Allah swt. kepada RasulNya, Nabi Muhammad Saw.:

”Katakanlah olehmu (Muhammad), ’Wahai Ahli Kitab, marilah menuju ke titik pertemuan (kalimatun sawa’) antara kami dan kamu, yaitu bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan tidak pula mempersekutukan-Nya kepada apa pun, dan bahwa sebagian dari kita tidak mengangkat sebagian yang lain sebagai ”tuhan-tuhan” selain Allah.” (QS. Al-Imran 3:64)

Jadi, common platform itu hendaklah dibangun di atas keimanan yang benar, yakni tauhid, keesaan Tuhan. Dari dasar inilah selanjutnya dikembangkan titik-titik dalam berbagai lapangan kehidupan. Dengan mengembangkan titik-titik temu, bukan perbedaan, akan dapat diciptakan kehidupan bersama yang toleran, saling menghargai, dan saling mempercayai.

Bahkan, Al-Quran mengajarkan kepada Nabi Muhammad saw. dan umatnya untuk menyampaikan kepada penganut agama lain, setelah kalimatun sawa’ tidak dicapai:

”Kami atau kamu pasti berada dalam kebenaran atau kesesatan yang nyata. Katakanlah, ’Kamu tidak akan ditanyai (bertanggungjawab) tentang dosa yang kami perbuat, dan kami tidak akan ditanyai (pula) tentang dosa yang kamu perbuat.’ Katakanlah, Tuhan kita akan menghimpun kita semua, kemudian menetapkan dengan benar (siapa yang benar dan yang salah) dan Dialah Maha Pemberi Keputusan lagi Maha Mengetahui.” (QS. Saba 34:24-26).

Hubungan persaudaraan antara Muslim dan non-Muslim sama sekali tidak dilarang oleh Islam, selam pihak lain menghormati hak-hak kaum Muslim: ”Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berbuat adil (memberikan sebagian hartamu) kepada orang-orang yang tidak memerangi kamu karena agama, dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah 60:8).

Pengembangan ”kalimatun sawa” dalam aspek-aspek tertentu yang berkaitan dengan teologi, doktrin, dan ritual, atau akidah dan ibadah tentu saja tidak dapat dijadikan prioritas, karena kemungkinan-kemungkinan celah ke arah itu sukar ditemukan. Dalam aspek-aspek itu yang perlu dibangun adalah tanggung jawab setiap pribadi untuk memiliki keyakinan dan ritual dalam berhubungan dengan Tuhan, tanpa mengganggu orang lain. Inilah yang diisyaratkan Al-Quran dalam ungkapan:

”Bagi kamu agamamu dan bagiku agamaku.” (QS. Al-Kafirun 109:6).

Dan: ”Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak (perlu ada) pertengkaran antara kami dan kamu. Allah mengumpulkan kita dan kepadaNya-lah kita kembali.” (QS. Asy-Syura 42:15).


Bertolak dari kerangka ajaran di atas, kaum Muslimin mengimplementasikan ”teologi kerukunan” Islam sepanjang sejarah Nabi Muhammad sendiri telah memulai pengalaman itu, ketika beliau hijrah ke Madinah, pada 622 M. Pembentukan negara Madinah (Negara Kota), tidak diragui, merupakan momen sejarah sejauh menyangkut implementasi kerangka teologi , doktrin, dan gagasan kerukunan keagamaan Islam terhadap para penganut agama-agama lain, dalam konteks ini, khususnya agama Yahudi dan Nasrani.

Momen sejarah itu adalah penetapan Piagam Madinah atau sering disebut Konstitusi Madinah oleh Nabi Muhammad saw. Dalam konstitusi itu, secara tegas dinyatakan hak-hak penganut agama Yahudi untuk hidup berdampingan secara damai dengan kaum Muslim. Kaum Yahudi menerima Konstitusi Madinah secara sukarela. Berkat konstitusi itu, kaum Yahudi terangkat dari sekadar klien kesukuan menjadi warga negara yang sah. Dalam seluruh entitas politik atau negara Islam sepanjang sejarah, kaum Yahudi tidak pernah kehilangan status ini. Posisi mereka tidak bisa dilenyapkan, karena begitulah yang dicontohkan Nabi Muhammad saw.

Di sisi lain, menyangkut kaum Nasrani tidak lama setelah Nabi Muhammad saw. melakukan ”pembebasan” (fath) Mekah, pada 8 H/630 M, sejumlah penganut agama Nasrani di Yaman mengirimkan utusan kepada Nabi saw. di Madinah. Kedatangan mereka adalah untuik menjelaskan kedudukan mereka vis-a-vis negara Islam,atau sebaliknya kedudukan negara Islam vis-a-vis mereka. Delegasi itu kemudian menjadi tamu Nabi di rumahnya, dan bahkan beliau menerima mereka di mesjid. Nabi saw. menjelaskan Islam kepada mereka, dan seperti biasa, mengajak mereka masuk Islam. Sebagian menerima ajakan itu, dan sebagian lagi tetap dalam agama mereka semula. (Nasrani), dalam lingkup entitas politik Islam. Nabi seterusnya mengukuhkan eksistensi mereka sebagai ummah yang khas, seperti juga kaum Yahudi.

Apa yang dipraktikkan Nabi Muhammad itu dan diajarkan oleh Al-Quran seperti disebutkan di atas senantiasa menjadi acuan bagi kaum Muslim dalam hidup berdampingan dengan pemeluk-pemeluk agama lain di dunia sejagat. Jika terjadi konflik, di mana kaum Muslim mendapat tekanan, intimidasi, dan sebagainya dari pemeluk agama lain, maka Islam mengizinkan pemeluknya untuk membela diri. Di sinilah termanifestasinya jihad sebagai peperangan untuk mempertahankan diri dalam rangka menegakkan kebenaran kalimat Tuhan. Perintah perang dalam Al-Quran adalah sebagai reaksi, bukan aksi, seperti dinyatakan:

”Telah diizinkan perang bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha-Kuasa menolong mereka itu. Yaitu orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka, tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata, ’Tuhan kami hanya Allah’ Dan sekiranya Allah tiada menolak sebagian mereka dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi, dan masjid-masjid yang di dalamnya banyaik disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang-orang yang menolong diri-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha-Kuasa lagi Maha-Perkasa.” (QS. Al-Hajj 22:39-40).

Jadi jelas, Islam menghendaki kedamaian antarmanusia, tidak boleh ada penganiayaan, penindasan, pengucilan dan meremehkan di antar sesama manusia. Peperangan hanya dilakukan sebagai upaya bela diri dan untuk mengenyahkan tekanan-tekanan dan penganiayaan-penganiayaan dalam masyarakat. Oleh sebab itu, Al-Quran menganjurkan untuk tidak saling mencurigai, tidak mencari-cari kesalahan orang lain, tidak menggunjing (QS. Al Hujurat 49:12), karena semuanya itu dapat mengganggu berjalannya toleransi.

Demikian, gambaran global ajaran Islam. Semoga ada manfaatnya bagi segenap Muslim dan para pemeluk agama lain, untuk mengawali pengenalan terhadap sejarah dan ajaran Islam, amin ya Rabbal’alamin!

Sumber: http://www.muslimtionghoa.com/index.php?action=generic_content.main&id_gc=105