Kamis, Februari 12, 2009

PKM Diary (1) : Sanggar Anak Bandulan

Mulai sekarang aku bakalan posting catatan penelitian PKM kami ber-4. Kebetulan Bapakku kemarin cerita soal ‘tradisi’ PKM yang ada di perguruan2 tinggi, terutama PTN. Tanpa bermaksud menggeneralisasikan, kadang2 ada oknum yang memanfaatkan momen ini. Misalnya, proposal penelitian PKM diambil dari skripsi/tesis yang udah jadi. So, tanpa perlu susah2 meneliti, mereka tinggal bikin Laporan berdasarkan skripsi/tesis itu dan…sim salabim! Jadi deh… Duit penelitian pun raib entah ke mana…hohoho

Tapi tentunya kami nggak akan begitu. Dan kami pun nggak pengin begitu. Rangkaian posting ini akan menjadi BUKTInya. Aku mulai merasa penelitian ini bakalan mengasyikkan. Kami akan berbaur dengan anak2, nyemplung ke sanggar2, promosi ke universitas dan perusahaan…kami akan menjadi bagian dari sekelompok pejuang pendidikan—sebuah dunia yang sangat kami cintai…

Sore tadi aku dan Ami pergi lihat2 salah satu sanggar yang bakal jadi obyek penelitian kami : Sanggar Bandulan. Sanggar ini adalah salah satu dari 2 sanggar yang ada di bawah organisasi Sanggar Sahabat Anak di Langsep 58.

Oleh Mas Maman, salah satu pengajar, dari Langsep kami dibawa turun ke Bandulan. Lokasi sanggarnya cukup ‘terpencil’. Masuk gang2 sempit sampe harus turun dari sepeda motor dan akhirnya... TARAAA!!! Inilah tempatnya…

-Sanggar Bandulan Tampak Depan-

Jumlah muridnya sekitar 10 anak. Waktu kami datang ada beberapa murid SMA Dempo yang sedang mengajar. Ternyata mereka rutin ke situ setiap Kamis. Lalu di depan sanggar kami pun berbincang2 sebentar dengan Mas Maman…

Cukup banyak yang kami dapatkan darinya. Katanya sanggar ini pernah dikira melakukan Kristenisasi. Akibatnya di Sanggar Pandanlandung jumlah murid agak menurun. Sebelumnya bisa ada 60-an anak, tapi sekarang tinggal 15-20 saja…


-Hasil karya anak2 Sanggar Bandulan-

Cerita ini mengingatkanku pada Mbak Ayik, pemilik sanggar lain yang juga jadi obyek penelitian kami di Mergosono. Kebetulan Mbak Ayik adalah seorang aktivis gereja. Dalam perjuangannya mendirikan sanggar anak di sana dia juga menemui hambatan sama: dicap melakukan Kristenisasi. Untungnya itu sudah lama terjadi dan sekarang udah normal kembali…

Aku nggak habis pikir kenapa yah orang2 bisa berprasangka se-negatif itu??? Maksudku, apa nggak bisa yah kita memandang nilai sesuatu dari APA yang dilakukan, bukan SIAPA yang melakukannya. Aku rasa pendidikan luar sekolah adalah hal yang sepenuhnya baik, dan siapapun yang melakukan, nggak pantaslah kita menghalang-halanginya. Mereka sendiri kalo emang nggak suka ada ‘orang luar’ yang bikin sanggar anak di situ, kenapa nggak dari dulu aja bikin sanggar sendiri dan mendidik anak2 mereka sendiri? Nggak seharusnya kan kita melarang orang2 yang niat berbuat baik hanya karena alasan yang nggak masuk akal, sementara kita sendiri nggak bisa berbuat seperti itu?

Harus ada yang diluruskan dalam hal ini. Selama kami di Sanggar Mergosono, aku gak menemukan satu hal pun yang menjurus ke arah Kristenisasi. Tolong deh. Mereka aja didongengin kisah Nabi Yunus versi Al-Quran kok. Waktu di Sanggar Bandulan tadi anak2 Dempo juga cuma ngajarin bahasa Inggris. Besok kami bakal ke Sanggar Pandanlandung dan abis denger cerita tadi, aku penasaran dengan kondisi sosbud masyarakat sana. Sebisa mungkin aku pengin memposisikan diri sebagai peneliti objektif.
-Interview: Ami n Mas Maman-

Well, tentunya main di area SARA bukanlah tujuan utama penelitian kami. Ini hanyalah salah satu hal menarik yang gak sengaja kami temukan. Tapi yang jelas, penelitian ini bakalan keren. Tujuan masuk PIMNAS jadi serasa kecil begitu tahu apa yang bisa kami berikan jika program ini berhasil. Misi kami adalah menjadi fasilitator antara sanggar2 anak dengan sukarelawan dan donatur. Kami akan survey dan mendokumentasikan kegiatan anak2 di 3 sanggar tsb, mempublikasikannya via website, menge-paknya dalam bentuk CD, mempresentasikannya di kalangan akademis dan pengusaha, menghubungkan para sukarelawan pengajar & donatur ke sanggar2, memantau perkembangan sanggar, dan akhirnya memamerkan hasil karya anak2 sanggar di Perpustakaan Umum.

Biar semua orang tahu kalo di Malang banyak sanggar pendidikan anak yang keren2. Biar semua orang tahu kalo Pendidikan Luar Sekolah itu penting. Biar semua orang gak lagi mendewakan nilai tinggi di sekolah formal tapi dengan life skill payah.
Dan yang terpenting, biar semua orang tahu kalo di pelosok2 kota ini, para pejuang pendidikan masih ada dan akan terus berusaha mencerdaskan anak bangsa!

7 komentar:

  1. keren kereeeen, teruzkan perjuanganmu ya mi, tapi jangan sampe penelitian ini ngerusak fokus buat kuliah,okey?

    BalasHapus
  2. orang sukses tidak hanya berasal dari kalangan akademisi tinggi aja, buktikan bahwa dengan life skill yang prima, orang juga bisa lebih sukses, bahkan lebih sukses dari seorang sarjana sekalipun.

    met brjuang mi, moga dapet banyak pahala, aminn...

    BalasHapus
  3. WOW.....ga kebayang klo seandainya aq jd km...
    bangganya......^^

    BalasHapus
  4. hanya untuk klarifikasi saja bahwa Sanggar Anak Bandulan tidak di Back Up oleh Romo-romo Dempo. Sanggar Anak Bandulan adalah milih anak-anak dan warga setempat, sanggar ini dibangun bersama warga.

    BalasHapus
  5. Sanggar Sahabat Anak (Sigit)Minggu, April 05, 2009 8:38:00 PM

    sanggar sahabat anak senang dengan dukungan teman-teman lewat blog ini, hanya kami sedikit menyesal karena kami tidak diajak untuk berproses dalam redaksional sebelum blog ini dilaunching. sehingga yang terjadi adalah kesalahan-kesalahan informasi mengenai sanggar Sahabat anak yang cukup prinsip buat kami. terima kasih.

    BalasHapus
  6. @ Pak Sigit
    maaf pak sbelumnya...tapi blog ini memang blog pribadi, bukan blog resmi, jadi memang agak subjektif. dan sejak awal cerita ini dimaksudkan sekedar untuk curhat saja...tapi kalau memang ada kesalahan akan saya edit postingannya^^

    untuk blog yang resmi ada di
    http://kumpulbocahonline.wordpress.com
    terimakasih pak^^

    BalasHapus